Desa Sekardadi merupakan desa yang berada di dataran rendah yang berada di kabupaten Tuban, tepatnya sebelah barat kota Tuban. Berdampingan dengan desa Jenggolo dan desa Jenu, yang sampai saat ini desa-desa tersebut berada dalam satu kecamatan yang sama yaitu kecamatan Jenu. Kehidupan kemasyarakatan penduduk Desa Sekardadi, meskipun bersandingan dengan penduduk desa lain baik berasal dari satu Kecamatan maupun diluar wilayah Kecamatan, tetap menjaga nilai-nilai, harkat dan martabat penduduk desa lain, serta saling hormat menghormati, bantu membantu serta menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan untuk saling bergantung dan membutuhkan dengan yang lain.
Setiap desa memiliki sejarah yang diwariskan secara turun temurun dan disampaikan secara lisan maupun tertulis, begitupun dengan sejarah desa Sekardadi. Dari berbagai sumber yang telah digali dan ditelusuri, asal usul desa Sekardadi memiliki legenda bahwa desa Sekardadi merupakan lahan hutan yang dipenuhi pohon kelapa. Di desa Sekardadi terdapat 5 titik kali atau disebut juga dengan sungai kecil yang disetiap titik kali ditumbuhi bunga (dalam bahasa Jawa disebut kembang/sekar) yaitu kembang “Golok”, kembang “Gede”, kembang “Cilik”, kembang “Ngoro” dan kembang “Wates”. Keseluruhan bunga yang ada di tiap titik sungai tersebut akhirnya dijadikan sebagai simbol perbatasan sungai dan sebagai sebutan dari sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai kecil ini teraliri air hanya pada musim penghujan saja, sedangkan pada musim kemarau tidak terdapat air. Hal ini menyebabkan pada musim kemarau lahan pertanian menjadi gersang dan terjadi paceklik.
Derita kekeringan terjadi hampir setiap tahun hingga akhirnya didengar oleh Sunan Kalijogo. Beliau menancapkan tongkatnya dan menyeret mata air dari Sendang Srunggo menuju ke laut. Sunan kalijaga beristirahat di daerah tersebut yang kemudian dikenal dengan sebutan Bumi SOKO DEDES. Konon, dalam pembangunan masjid Demak, Sunan Kalijogo mengambil daun sagu (dalam bahasa jawa disebut tebasan) untuk atap Masjid Demak.
Nama Sekardadi diambil dari sejarah bersatunya lintasan lima titik perbatasan air sungai kecil yang di tandai dengan lima kembang, yaitu: Kembang Golok, Kembang Gede, Kembang Cilik, Kembang Ngoro, dan Kembang Wates yang menjadi satu sungai atau dalam bahasa jawa disebut “DADI”. Kembang dalam bahasa jawa disebut juga dengan “SEKAR”. Dari perpaduan kata tersebut, akhirnya terbentuklah kata “SEKARDADI” yang sampai saat ini dijadikan nama desa.
2.1.2. Sejarah Pemerintahan Desa Sekardadi
Pada zaman dahulu sebelm tahun 1901 M, desa Sekardadi terdiri dari 3 (tiga) kelurahan, yaitu kelurahan Kandangan, Sekaning dan Kedinding yang kemudian dijadikan satu desa yakni desa Sekardadi. Kelurahan tersebut berganti fungsi menjadi dukuh/dusun.
Desa Sekardadi dipimpin oleh seorang kepala desa yang membawahi beberapa dusun. Di desa Sekardadi terdapat 3 dusun yaitu:
Tiap-tiap dusun di ketuai oleh Kepala Dusun yang biasa disebut dengan “Kamituwo” yang membawahi beberapa RT/RW dan dibantu oleh perangkat desa lainnya sebagai pelaksana teknis desa. Mereka menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Sebagai imbalan, mereka diberi tanah garapan yang biasa disebut “BENGKOK” dan mulai beberapa tahun terakhir semua perangkat mendapatkan Tunjangan insentif setiap bulannya dari Pemerintah daerah.
Terdapat beberapa lembaga yang turut membantu pemerintahan desa Sekardadi, diantaranya adalah BPD, LPMD, PKK, LINMAS, KOPWAN dan Karang Taruna.
Dari masa berdirinya sampai dengan saat ini, desa Sekaradadi telah mengalami pergantian beberapa Kepala Desa, yang dapat kami jabarkan sebagai berikut:
Punggawa Desa |
---|
10 September 2021 16:03:29 Segera diupdate datanya, masyarakat butuh informasi yang uptodate |